Bagi sebagian anak, kekerasan bisa menjadi awal dari luka batin yang sulit sembuh. Tidak semua kekerasan datang dalam bentuk pukulan. Kadang hadir lewat bentakan kecil, kata-kata yang menyinggung, atau tatapan yang membuat anak merasa takut dan tidak berharga. Yang niatnya mendidik, malah berubah menjadi melukai.
Banyak orang tua sebenarnya tidak bermaksud jahat. Mereka hanya mengulang apa yang dulu mereka alami. Padahal, tidak semua luka itu terlihat. Ada luka yang tidak berdarah, tapi terus terasa hingga anak tumbuh dewasa.
Kekerasan Itu Tidak Selalu Tentang Fisik
Sebagian orang tua merasa tidak termasuk “kasar” selama tidak sampai memukul. Padahal, kekerasan pada anak bisa muncul dalam bentuk yang lebih halus, tapi efeknya tidak kalah berat. Contohnya:
● Anak dimarahi setiap kali berbuat salah
● Dibanding-bandingkan dengan anak lain
● Tidak pernah dipeluk atau dipuji, hanya dikritik
● Setiap kali anak bercerita, justru dibilang “lebay”
Hal-hal ini pelan-pelan bisa membuat anak merasa tidak aman. Mereka tumbuh dengan pikiran bahwa untuk dicintai, mereka harus sempurna. Bahwa jika mereka gagal, cinta bisa hilang begitu saja.
Kenapa Orang Tua Melakukan Kekerasan?
Sering kali bukan karena tidak sayang, tapi karena orang tua tidak tahu cara lain untuk menunjukkan kasih sayang. Banyak dari mereka yang tumbuh dalam keluarga yang keras dan dingin, lalu tanpa sadar mewariskan pola yang sama.
Tekanan hidup juga bisa jadi pemicu. Kelelahan kerja, stres finansial hingga masalah rumah tangga bisa membuat emosi tidak stabil. Anak pun jadi pelampiasan tanpa sengaja. Selain itu, budaya yang masih sering menuntut anak untuk “selalu nurut dan takut sama orang tua” membuat rantai kekerasan ini terus berulang dari generasi ke generasi.
Bentuk-bentuk kekerasan Orang Tua
Kekerasan orang tua terhadap anak bisa muncul dalam banyak bentuk. Bukan hanya fisik, tapi juga lewat kata, sikap, atau perlakuan sehari-hari. Mengutip dari Jurnal Asosiasi Peneliti dan Pengajar Ilmu Sosial di Indonesia, ada beberapa bentuk kekerasan lainnya seperti kekerasan psikologis, saat anak terus-menerus dibentak, diancam, atau dihina sampai merasa cemas dan tidak berharga.
Ada juga kekerasan ekonomi, ketika kebutuhan dasar seperti makanan, pendidikan, atau kesehatan diabaikan. Kekerasan sosial muncul saat anak ditelantarkan, diabaikan, atau tak mendapat perhatian karena orang tua terlalu sibuk. Dan kekerasan verbal terjadi lewat ucapan yang menyakiti, merendahkan, atau menyalahkan anak.
Semua ini mengingatkan kita bahwa kekerasan tidak selalu meninggalkan luka di tubuh, tapi bisa menorehkan luka yang dalam di hati anak.
Dampak Kekerasan pada Anak
Anak yang sering dibentak mungkin tampak kuat di luar, tapi di dalam hati mereka hidup
dengan rasa takut.
Mereka selalu waspada, takut salah, takut dimarahi, dan takut mengecewakan orang tua. Akibatnya, kepercayaan diri bisa hilang. Anak akan tumbuh jadi pribadi yang:
● Terlalu sering meminta maaf meski tidak salah
● Sulit terbuka karena takut disalahkan
● Merasa tidak layak dicintai
● Atau justru menjadi dingin dan tertutup karena pernah disakiti oleh orang yang
seharusnya melindungi
Saat dewasa, luka itu tidak hilang begitu saja. Mereka bisa tumbuh menjadi orang yang takut ditolak, sulit percaya, atau terus merasa harus membuktikan diri. Anak yang dulu hanya ingin dipeluk, tumbuh jadi orang dewasa yang tidak tahu bagaimana rasanya merasa aman.
Bagaimana Cara Menghentikan Siklus Kekerasan pada Anak?
Kalau kamu orang tua atau calon orang tua, mungkin ini saatnya berhenti sejenak dan bertanya pada diri sendiri “Apakah aku sedang mendidik atau sedang menurunkan luka?”. Tidak ada orang tua yang sempurna. Tapi setiap hari selalu ada kesempatan untuk mulai menjadi lebih baik. Mulailah dari hal kecil:
● Dengarkan anak tanpa menyela
● Katakan “nggak apa-apa” ketika mereka salah
● Beri pelukan tanpa alasan
Anak tidak butuh orang tua yang selalu benar. Mereka hanya butuh merasa aman dan diterima apa adanya. Dan untuk kamu yang pernah tumbuh dalam rumah yang keras, ingatlah kalau kamu tidak rusak. Kamu hanya pernah terluka. Luka itu bisa sembuh pelan-pelan dengan kasih sayang yang lebih sehat, baik dari orang lain maupun dari dirimu sendiri.
Penutup
Anak-anak, sekecil apa pun, punya hati yang merekam segalanya. Mereka mungkin lupa detailnya, tapi tidak akan lupa rasanya. Coba renungkan, apakah cara kita saat ini membuat anak tumbuh atau justru membuat mereka takut menjadi diri sendiri? Kadang, bentuk kasih sayang terbesar adalah berhenti menyakiti.
Kalau kamu merasa butuh bantuan untuk memahami atau menyembuhkan luka lama, Bening Psikologi siap membantumu menemukan layanan kesehatan mental yang sesuai dengan kebutuhanmu.
Bening Psikologi, solusi kesehatan mental Anda.