Pernahkah kamu merasa dunia jadi kosong karena seseorang yang kamu sayang pergi tanpa pamit? Entah itu orang tua, pasangan, atau siapa pun yang dulu jadi tempat bersandar.
Kehilangan mereka tidak hanya membuat sedih, tapi juga meninggalkan rasa takut ditinggalkan yang susah dijelaskan takut kehilangan lagi, takut disakiti, takut mencintai terlalu dalam. Untuk sebagian orang, perasaan itu bukan sekadar “takut sendirian”. Ini bisa jadi luka lama yang belum sembuh, yang disebut trauma ditinggalkan.
Apa Itu Trauma Ditinggalkan?
Menurut situs HelloSehat, trauma ditinggalkan (abandonment trauma) adalah kondisi saat seseorang merasa ditelantarkan, diabaikan, atau ditinggalkan oleh orang terdekat dan pengalaman itu masih membekas hingga sekarang. Bisa jadi waktu kecil kamu tumbuh tanpa pelukan hangat, atau pernah ditinggal seseorang yang kamu pikir akan selalu ada. Lambat laun, pengalaman itu menanamkan rasa takut. Inilah yang menjadi akar dari trauma ditinggalkan.
Penyebab Trauma Ditinggalkan
Kadang kita tidak sadar kalau rasa takut kehilangan yang kita bawa sekarang adalah hasil dari pengalaman masa lalu. Semuanya membentuk keyakinan bahwa cinta itu rapuh dan bisa hilang kapan saja. Beberapa penyebab umum trauma ditinggalkan antara lain:
1. Pengalaman masa kecil
Anak yang kehilangan figur penting, tidak mendapat kasih sayang, atau sering diabaikan bisa tumbuh dengan rasa tidak aman. Mereka belajar bahwa cinta tidak selalu bertahan.
2. Penolakan
Pernah ditolak, dijauhi, atau diremehkan bisa menumbuhkan rasa “nggak cukup baik”. Dari situ muncul ketakutan akan kegagalan, kesalahan, dan kehilangan.
3. Pengkhianatan atau kekerasan
Saat orang yang dipercaya justru melukai, kepercayaan bisa runtuh. Akibatnya, seseorang menutup diri karena lebih baik menjauh daripada terluka lagi.
Dampak Trauma Ditinggalkan
Dari luar, penyintas trauma ditinggalkan sering terlihat baik-baik saja. Tapi di dalam, mereka berjuang keras melawan rasa takut yang terus menghantui. Beberapa dampak yang umum dirasakan:
● Sensitif terhadap penolakan atau kritik kecil
● Cenderung menyenangkan orang lain meski harus mengorbankan diri sendiri
● Sulit percaya dalam hubungan, mudah cemburu, atau justru menghindar sebelum terlalu dekat
● Selalu merasa sendiri dan “tidak cukup”
Tahapan Emosi Saat Menghadapi Kehilangan
Menurut Elisabeth Kübler-Ross dalam teori 5 Stages of Grief yang dikutip dari situs Huntington’s Disease Society of America, seseorang yang mengalami kehilangan biasanya melalui lima tahap kesedihan. Pola ini juga terlihat pada penyintas trauma ditinggalkan:
1. Penolakan (Denial)
Sulit menerima kenyataan yang terjadi. Ini cara otak melindungi diri dari rasa sakit.
2. Marah (Anger)
Muncul rasa marah dan frustrasi, sering kali ditujukan pada orang lain, padahal yang dirasakan adalah luka dalam diri sendiri.
3. Tawar-menawar (Bargaining)
Muncul harapan untuk bisa menunda kenyataan, misalnya dengan doa atau janji untuk “menjadi lebih baik”.
4. Depresi (Depression)
Saat kenyataan diterima, kesedihan menjadi sangat dalam. Seseorang bisa menarik diri dan merasa lelah.
5. Penerimaan (Acceptance)
Rasa sedih mungkin tidak hilang, tapi seseorang mulai bisa berdamai dan melanjutkan hidup dengan cara baru.
Cara Menghadapi dan Menyembuhkan Trauma Ditinggalkan
Penyembuhan trauma ditinggalkan bukan tentang melupakan masa lalu, tapi tentang berdamai dengan rasa sakitnya. Beberapa langkah yang bisa membantu:
1. Bicarakan perasaanmu
Ceritakan pada orang yang kamu percaya. Kadang luka tidak butuh solusi cepat, hanya butuh didengar.
2. Latih diri untuk tenang
Coba meditasi, journaling, yoga, atau sekadar duduk tenang sambil menarik napas dalam.
3. Jaga kebutuhan dasar
Tidur cukup, makan teratur, dan hindari kafein atau alkohol yang bisa memperburuk kecemasan.
4. Minta bantuan profesional
Kalau rasa takut dan cemas mulai menguasai, jangan ragu untuk konsultasi dengan psikolog.
Luka yang tidak terlihat bukan berarti tidak nyata. Kamu pantas merasa aman, dicintai, dan tenang tanpa harus takut kehilangan lagi. Kalau kamu merasa butuh bantuan profesional, kamu bisa menghubungi Bening Psikologi untuk mendapatkan layanan kesehatan mental yang sesuai dengan kebutuhanmu.