Sahabatku… Setiap kita mampu membuat frekuensi penyembuhannya masing-masing, yaitu dengan secara sadar menghilangkan dan menjauhi frekuensi yang tidak dibutuhkan. Lalu senantiasa menyeimbangkan dan mengharmonisasikan frekuensi yang dihasilkannya sendiri.
Setiap sel yang membentuk tubuh kita, baik itu sel yang sehat atau pun sel yang sakit adalah energi. Kita semua adalah energi, itulah kenapa pikiran dan jasad kita terus menghasilkan frekuensi.
Setiap manusia memiliki angka frekuensi tertentu. Ketidakseimbangan yang berada di tubuh dan jiwa kita sebenarnya dapat dilihat dari angka frekuensi yang kita hasilkan melalui medan elektromagnetik. Butuh alat khusus untuk menghitung ini. Tapi tanpa bantuan alat pun kita sudah mampu mengetahui kalau frekuensi kita sedang tidak seimbang atau tidak. Karena kalau frekuensi kita seimbang, maka kita akan tetap berada pada porsi yang terbaik.
Apabila kita merasa kondisi tubuh tidak bugar dan pikiran tidak stabil. Maka itu pertanda awal kalau jasad dan jiwa kita sedang membentuk frekuensi yang tidak seimbang.
Tubuh yang sehat beresonansi pada frekuensi 62-70 MHz, dan ketika frekuensi turun menjadi 58 MHz, saat itulah penyakit dimulai. Karena ketika frekuensi turun sistem kekebalan tubuh kita terganggu dan bakteri dan virus oportunistik dapat menimbulkan kekacauan pada tubuh kita, membuat kita lebih rentan terhadap penyakit.
Dalam aplikasi healing frequency faktor-faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan frekuensi inilah yang harus kita benahi.
Mari kita pelajari dahulu penyebabnya, karena dari sana kita kita akan menemukan cara untuk menyeimbangkan kembali ketidakseimbangan frekuensi yang terjadi didalam diri. Apabila frekuensi kita sudah seimbang dan normal, maka kondisi kesehatan kita pun pasti baik.
Lalu, apa saja faktor penyebab yang membuat frekuensi turun dan tidak seimbang?
1# MENAHAN EMOSI NEGATIF
Sahabatku… Penelitian dasar menunjukkan bahwa informasi yang berkaitan dengan keadaan emosi seseorang dikomunikasikan ke seluruh tubuh melalui medan elektromagnetik jantung. Fakta paling unik yang terjadi adalah bahwa pola detak jantung kita yang berirama berubah secara signifikan ketika kita mengalami emosi yang berbeda.
Saat kita mengalami emosi negatif pola detak jantung menjadi tidak menentu, tidak teratur, dan tidak koheren dalam ritme jantung. Sebaliknya, saat mengalami emosi positif, seperti cinta atau kedamaian, pola detak jantung yang terjadi lebih halus, teratur, dan koheren dalam aktivitas ritme jantung.
Jadi pola detak jantung manusia memang berubah-rubah sesuai struktur medan elektromagnetik yang dipancarkan oleh jantung. Tentunya medan elektromagnetik ini berpengaruh 100% pada hasil resonasi frekuensi tubuh normal kita.
Setiap emosi negatif sebenarnya adalah emosi beracun yang memiliki frekuensi rendah. Ambil contoh saat kita mengalami kemarahan atau frustrasi, maka emosi hasil pikiran itu akan menyebabkan makrokosmos kelenjar adrenal untuk memproduksi hormon adrenalin dan hormon stres, yaitu kortisol. Kortisol itu racun yang menurunkan sistem imunitas tubuh, sehingga kita semakin rentan dengan penyakit dan jauh dari kesembuhan.
Itulah kenapa ketika kita sengaja memegang perasaan negatif, maka kita seperti secara sengaja membentuk frekuensi tidak harmonis dan membiarkan makrokosmos kita memenelan racun kartisol dalam jumlah yang tidak seimbang.
Jadi sahabatku… Meski negatif dan positif adalah poros keseimbangan. Tapi cobalah untuk senantiasa memenangkan kebaikan. Cobalah untuk memilih hanya rasa yang baik untuk diri kita sendiri. Putihkan selalu jiwa kita yang abu-abu meski kita tahu mungkin besok akan kembali abu-abu.
2# SELF TALK YANG BURUK
Dalam dunia medis, kita sudah mengerti betul kalau sel-sel tubuh kita hanya mengikuti instruksi yang diberikan oleh sistem saraf. Semua yang dilakukan tubuh terhubung dengan saraf. Sistem saraf terdiri dari otak, sumsum tulang belakang, organ-organ sensorik, dan semua saraf yang menghubungkan organ-organ ini dengan seluruh tubuh.
Efek dari keterhubungan ini akan berlipat-lipat apabila kita secara sengaja berkomunikasi dengan diri. Ketik kita menjalani hidup kita, sel-sel otak secara konstan menerima informasi tentang lingkungan kita. Otak kemudian mencoba membuat representasi internal dunia eksternal kita melalui perubahan kimia yang kompleks berbagai jenis neuron dan neurotransmiter.
Artinya? Tubuh kita berubah tergantung bagaimana kita berkomunikasi dengannya. Jadi secara tidak sadar kita memang berkomunikasi dengan seluruh sel-sel tubuh kita dan sistemnya.
Setiap kalimat sendiri memiliki frekuensi tersendiri dan mampu mengubah molecular. Kita pasti sudah pernah sekilas membaca proyek ilmiah yang pernah dilakukan Dr. Massaru Emmoto. Penelitian Emoto secara visual menangkap struktur air pada saat pembekuan, dan melalui fotografi berkecepatan tinggi ia telah menunjukkan konsekuensi langsung dari pikiran yang merusak terhadap pembentukan kristal air.
Kata-kata mengandung unsur getaran, yang memainkan peran vital dalam skema agung semesta. Semakin baik kalimat maka semakin tinggi frekuensinya. Sebaliknya, semakin buruk kalimat maka semakin rendah frekuensinya.
Lalu… Apa salahnya sekarang, kalau kita secara sadar mulai menjadi pemimpin yang baik dan ramah dengan mulai berkomunikasi dengan kata-kata yang BAIK pada diri kita sendiri?
3# TIDAK HIDUP PADA MASA SEKARANG
Agar terus mampu menyeimbangkan frekuensi, jadilah senantiasa sadar untuk hadir pada masa sekarang lalu hadapi apapun yang ada dihadapan.
Kita tidak bisa mengubah apa yang terjadi di masa lalu. Tidak masuk akal untuk merenungkan berulang kali, yang pada dasarnya adalah pemborosan energi dalam waktu yang berbeda. Aliran energi yang berlebihan ini akan membuat kita terus membentuk frekuensi rendah.
Stres dan kecemasan juga biasanya terkait dengan kata ‘seandainya’ yang biasanya berada di masa depan. Aliran energi negatif ini akan mengurangi frekuensi kita di masa sekarang. Untuk membangun kembali frekuensi, fokuslah pada masa sekarang.
Baik masa depan atau masa lalu keduanya hanyalah bagian dari memori tapi waktunya sendiri tidak pernah nyata lagi. Satu-satunya yang kita miliki hanyalah saat ini, detik ini. Masa depan adalah sebab akibat yang kita buat dan pilih pada masa sekarang.
Kalau apa yang sedang kita hadapi memang harus kita hadapi, maka jangan menaruh harapan dan membuat diri sendiri tidak nyaman dengan harapannya sendiri. Namun laluilah dan buatlah harapan itu menjadi nyata. Dengan begini kita akan senantiasa sadar kalau kita tidak sedang menunggu nasib, tapi kita sedang menulis nasib kita sendiri.
energi anugerah yang ditiupkanNYA akan terus bergetar pada porosnya, yaitu ber-aksi dan kita tetap akan menikmati hidup bersamaNYA.
4# MENGKRITIK, MENGELUH, DAN MENILAI ORANG LAIN
Keluhan memang merupakan kewajaran dari ketidakpuasan diri akan kenyataan yang dihadipnya. Tapi tahukan kita tentang neuronal mirroring?
Sebagai manusia yang memang bersifat dasar sosial, otak kita dirancang secara alamiah untuk meniru suasana hati orang-orang di sekitar kita, terutama orang-orang yang menghabiskan banyak waktu bersama kita. Neuronal mirroring ini merupakan dasar bagi kemampuan kita untuk merasakan empati.
Jadi boleh saja kita yang mengeluh, tapi efek dari keluhan kita itu dirasakan oleh orang-orang disekitaran kita. Mengeluh bukan sekedar tentang frekuensi kita yang merendah, tetapi juga ikut merendahkan frekuensi yang lain juga. Karena itulah jangan heran, kalau kita sangat mudah terprovokasi hanya dari mendengar satu keluhan saja. Karena memang kita itu adalah jasad yang basicnya adalah energi yang saling terkoneksi. Maka itu sangat bijaksana sekali untuk tidak selalu mengumbar keluhan.
Hal yang mirip juga terjadi ketika kita fokus berbicara tentang orang lain dengan cara yang negatif. Dimana kita sekali lagi hanya sedang memproyeksikan hal-hal negatif di alam semesta yang pasti akan kembali menggigit kita. Frekuensi akan menarik frekuensi yang sama.
Kesadaran akan menjadi ujung tombak segalanya untuk memilih memandang segalanya dalam kenetralan. Saat kita memilih berubah menjadi netral dan berhenti menilai, artinya kita mulai menghormati energi yang dibentuk oleh Dzat Maha Pembentuk. Kalaulah DIA menghormati tiap layar kehidupan tanpa menilai-nilai, lalu kenapa kita tidak? Apapun yang kita nilai, itu adalah bersumber dariNYA. Hanya dariNYA segala-segalanya berasal. Lalu kenapa kita tidak melihat segalanya sebagai sumberNYA?
5# POLA MAKAN YANG TIDAK BAIK
Tahukah kita bahwa makanan memiliki frekuensi juga? Itu benar! Apa yang kita makan atau minum masing-masing memiliki frekuensi dan tentunya itu memiliki dampak yang mampu mempengaruhi frekuensi pada tubuh kita juga.
Meski ini terkesan sangat sepele, namun pastikan apa yang kita makan benar-benar menunjang keseimbangan frekuensi tubuh bukan malah sebaliknya.
Sahabatku… Hidup adalah proses, pembelajaran adalah proses, begitu juga dengan belajar menyembuhkan diri sendiri. Banyak hal yang akan mempengaruhi sebuah proses. Apap pun hal itu pasti juga akan mempengaruhi hasil akhir. Tugas kita adalah tetap waspada dengan segala sebab akibat yang kita pilih.
Tetap tawakal dalam rasa sakit merupakan tugas yang berat. Tapi ini rahasia pertamanya sahabatku… Selain tetap waspada pada dimensi makrokosmos, kita juga harus mewaspadai juga dimensi mikrokosmosnya. Perhatikan energi yang kita bentuk didalam lalu buatlah frekuensi penyembuhan yang ajaib.
Manusia siapapun namanya senantiasa terbentuk dari tiga komponen: jiwa, jasad dan ruh. Jiwa dan jasad adalah dua komponen yang tidak akan pernah dipisahkan. Jangan pernah memilih mana yang harus tampil terbaik.
Untuk membentuk healing frekuensi jiwa dan jasad keduanya harus bekerja harmonis dan seimbang. Sementara ruh adalah kenetralan mutlak, jadi bagaimanapun kita membentuk jiwa dan jasad, energi penghidup ini akan terus menghidupi sampai batas waktunya.
Jadi sekali lagi mohon diingat! Setiap kita mampu membuat frekuensi penyembuhannya masing-masing, yaitu dengan secara sadar menghilangkan dan menjauhi frekuensi yang tidak dibutuhkan. Lalu senantiasa menyeimbangkan dan mengharmonisasikan frekuensi yang dihasilkannya sendiri.
Akhir kata Sahabatku… Saat kita berbicara tentang keseimbangan, maka kita akan berbicara tentang berdiri di tengah kubu dan hanya mengambil porsi yang sama dari kedua sisinya. Artinya, tetap harus ada negatif didalam positif dan tetap harus ada positif didalam negatif.
Meski ini adalah wujud keseimbangan absolute, sayang kita masih memegang belenggu untuk membuka mata dan menyaksikannya dengan jelas. Belajar untuk menjaga diri tetap netral sebagaimana energi pembentuk adalah rahasia kecil menuju keseimbangan. Ini adalah pelajaran kita untuk terus belajar bersamaNYA.
Salam Bening Psikologi
NB: Diadopsi dari pesan semesta (2020)